Guru Informatika yang Mengukir Jejak lewat Pena
Jakarta (Humas MAN 14 Jakarta) – Di tengah kesibukan mengajar pemprograman dan teknologi informasi di madrasah, Rosyaida Saara Hellena seorang guru Informatika MAN 14 Jakarta justru menemukan panggilan keduanya yaitu menulis.
Hobi yang dimulai sebagai catatan harian refleksi mengajar itu kini telah berbuah belasan karya, baik buku antologi maupun artikel ilmiah populer, yang menginspirasi para pendidik lainnya untuk menulis.
Prestasi demi prestasi terus diraihnya. Pada tahun 2024, berhasil masuk 80 besar nasional dalam ajang bergengsi Anugerah Guru Motivator Literasi 2024.
Tulisannya yang penuh semangat tentang perjuangan guru di era digital turut diabadikan dalam inspiring book “Guru Pejuang 8 Pena” bersama para pendidik terbaik tanah air. Tak berhenti di situ, tahun 2025 ia meraih peringkat 3 lomba puisi tingkat nasional dan puisinya dibukukan dalam antologi “Sunyi yang Tak Bertepi”.
Sepanjang karier kepenulisannya, ia telah berkontribusi dalam belasan buku antologi ternama, antara lain:
1. Cinta di Ujung Pena (BMO x Diandra Creative, 2022)
2. Diorama Seorang Guru (BMO x Diandra Creative, 2023)
3. Ramadan
Karim Bersemayam dalam Sanubariku (2023)
4. Yang
Selalu Aku Rindukan – Antologi Batch 3 Vol. 2 (Halo Penulis x PT Halo Adil
Sejahtera, 2024)
5. Learning
Loss, Apa Solusi Terbaik? (Pustaka Media Guru, 2024)
6. Terima Kasih Bapak-Ibu Guru, Sungguh Mulia dan Besar Jasamu untuk Kami Semua (Pustaka Media Guru, 2024)
7. Sang Imajinator (Aleniaku Publisher, 2025) – kumpulan kisah masa kecil penuh makna
8. Guru Merdeka, Siswa Bahagia (BMO x Diandra Creative, 2025) – praktik baik pembelajaran bermakna
Selain buku, ia juga rutin menulis kolom dan artikel ilmiah populer di Koran Guru Madrasah. Dua artikelnya yang paling banyak dibaca dan dibagikan adalah “Inovasi Pendidikan Madrasah: Diferensiasi dalam Pembelajaran Informatika untuk Ruang Kelas Masa Depan” serta “Membangun Jiwa Siswa dengan SUNO AI: Sebuah Perjalanan Pendidikan Karakter di Era Digital”. Berkat konsistensi dan inovasi tersebut, ia berhasil menyabet gelar Penulis Terbaik Bidang Pembelajaran Inovatif dari media yang sama.
“Bagi saya, mengajar itu tidak hanya mentransfer ilmu informatika dan coding, tapi juga menularkan semangat untuk terus berkarya. Ketika siswa melihat gurunya menulis dan berkarya, mereka jadi percaya bahwa siapa pun bisa bermimpi besar,” ujar Hellen (sapaannya) saat ditemui di sela-sela kelas informatika.
Kisah perjalanan seorang guru informatika yang tak pernah lepas dari pena ini menjadi bukti nyata bahwa profesi keguruan dan dunia literasi bisa berjalan beriringan, saling menguatkan, dan menciptakan dampak luar biasa bagi generasi muda Indonesia.






